Kamis, 24 Februari 2011

Seni Rupa Menurut Aliran / Gaya

Aliran atau gaya dalam seni rupa dibedakan berdasarkan prinsip pembuatannya. Kemunculan suatu gaya atau kreativitas dalam rangka mendapatkan keunikan bisa relatif bersamaan atau meneruskan gaya sebelumnya secara selaras atau bertentangan. Seorang seniman seni rupa dalam proses perkembangannya bisa saja berkreasi lebih dari satu gaya.

Agar tidak terlalu jauh, apresiasi tentang aliran seni rupa ini dimulai dari periode setelah Klasikisme di mancanegara yang lebih dikenal dengan modern Art, disertai dengan penganutnya di nusantara.

A. Realisme (1800-an)

Aliran ini memandang dunia sebagai sesuatu yang nyata. Lukisan adalah sejarah bagi zamannya. Pelukis / pembuat karya seni bekerja berdasarkan kemampuan teknis dan realitas yang diserap oleh indera penglihatanya. Fantasi dan imajinasi harus dihindari.

B. Naturalisme

Aliran ini dianggap bagian dari realisme yang memiliki objek yang indah dan membuai saja, secara visual persis seperti objek aslinya(fotografis). Dalam perkembangannya cenderung memperindah objek secara berlebihan.

C. Romantisisme (1818)
Aliran ini mengembalikan seni pada emosi yang bersifat imajiner. Awalnya melukiskan kisah atau kejadian yang dramatis / dahsyat. Dalam melukiskannya, baik dari pengaturan estetika maupun aktualitas piktorialnya selalu melebihi kenyataan. Warna lebih meriah, gerakan lebih lincah, emosi lebih tegas.

D. Impresionisme / Realisme Cahaya / Light Painting (1874)
Aliran yang menggunakan konsep melukis berdasarkan usaha merekam efek atau kesan cahaya yang jatuh / memantul pada suatu objek / benda, sehingga menghindari garis atau kejelasan kontur. Cahaya yang dimaksud terutama berasal dari matahari yang memiliki banyak spektrum warna. Cara melukisnya harus cepat karena cahaya matahari yang terus bergerak / berubah dan dipengaruhi oleh cuaca. Hal ini bisa membuat lukisan hanya selintas / tidak detail.

E. Ekspresionisme (1900-an)
Aliran ini berusaha mengekspresikan aktualitas bukan hanya berdasarkan indera penglihatan, tetapi juga dengan pengalaman batin. Luapan perasaan berupa kesedihan atau tekanan batin lainnya yang mengalir deras menyebabkan kebebasan teknik dalam melukiskannya, sehingga cenderung terjadi distorsi dan sensasi. Kesempurnaan bentuk objek yang biasa dilakukan berdasarkan pengamatan secara visual tidak lagi menjadi pertimbangan estetika.

F. Fauvisme (1900-an)

Aliran yang dipelopori oleh sekelompok seniman muda untuk membebaskan diri dari batasan aliran sebelumnya, sehingga mendapat julukan Les Fauves (binatang jalang) dari kritukus Prancis Louis Vauxcelles. Julukan tersebut malah dijadikan nama aliran mereka. Namun, aliran ini tidak bertahan lama. Aliran ini menekankan pada penggunaan garis kontur yang tegas dan berusaha mengembalikan warna pada peranannya yang mutlak (tidak harus sesuai dengan kenyataan). Dasarnya adalah kegemaran melukis apa saja tanpa memikirkan isi dan maknanya.

G. Kubisme (1907)

Aliran ini menyederhanakan bentuk-bentuk alam secara geometris (segi tiga, segi empat, lingkaran, oval, silinder, bola, kerucut, kubus, balok) dengan intuisi dan rasionalitas. Kosep dasarnya adalah menghadirkan tampilan secara serempak dan simultan berbagai bagian objek, baik dilihat dari depan atau dari belakang, yang tampak atau tersembunyi. Tujuannya adalah untuk menunjukkan hubungan di antara bagian-bagian itu.

H. Futurisme (1909)

Seniman futuris berpandangan bahwa derajat kehidupan dapat dicapai melalui aktivitas. Tema yang mengandung kesibukan dan kesimpangsiuran diangkat dalam karyanya dalam bentuk kesan keindahan gerak yang dinamis.

I. Dadaisme (1916)

Istilah ini berasal dari bahasa anak-anak Prancis yang artinya kuda mainan. Aliran ini mendukung Surealisme karena muncul dari alam bawah sadar sebagai protes tidak adanya polarisasi nilai (baik/buruk) sosisal dan etika akibat peran dunia. Hal ini yang menyebabkan karya dadaisme memiliki ciri sinis, konyol, menggambarkan benda atau mesin sebagai manusia, mengikuti kemauan sendiri, dan menolak estetika dalam karyanya. Kolase adalah salah satu dari sekian teknik yang digunakan.


J. Surealisme (1937)

Aliran ini dipengaruhi oleh teori psikoanalisis Sigmund Freud yang menyatakan bahwa alam pikiran manusia terdiri dari alam sadar (tidak dalam kontrol kesadaran/terlupakan). Dalam karya aliran ini, alam nyata dan keserbabisaan mimpi terpadu, sehingga menampakkan kesan aneh atau fantastik.

K. Abstrakisme (1940-an)
Aliran seni yang menggambarkan sebuah bentuk yang tidak berwujud atau nonfiguratif. Sebenarnya kesan abstrak sudah nampak pada gaya kubisme, futurisme, atau surealisme, namun mereka memiliki perbedaan konsep yang mendasar. Dalam aliran ini karya yang ada terdiri dari susunan garis, bentuk, dan warna yang terbebas dari ilusi atas bentuk alam. Secara lebih umum abstrakisme merupakan seni dimana bentuk-bentuk di alam tidak lagi berfungsi sebagai objek atau tema, melainkan sebagai motif saja.

L. Pop Art (1970-an)

Pop Art merupakan perkembangan seni yang dipengaruhi oleh transformasi budaya populer yang terjadi di masyarakat. Budaya materialisme dan komersial pada kota metropolis seperti: fotografi, film, model/desain, iklan toko idola, merupakan sumber inspirasi yang memotivasi gerakan ini. Pop Art sering menggunakan media cetak campuran dalam karyanya. Misalnya lukisan dengan gaya foto, berbagai kombinasi antara lukisan, ukiran, atau patung kayu, logam, plastik, gibs, rongsokan dan bahan lainnya. Pengaruh dadaisme membuat kita kadang tersenyum jika melihat karya seninya.

1 komentar: